Home »
» FIQH ASURANSI:MENGAPA TIDAK MAU BERASURANSI?
Kenapa orang cenderung malas membahas topik asuransi jiwa?
Sesungguhnya mereka menghindari pembicaraan tentang asuransi karena
berhubungan dengan hal-hal yang tidak mereka sukai. Wajar bukan? Jika
kita- katakan- tidak suka dengan seorang artis, maka kita pasti enggan
membicarakannya bukan. Mendengarkan namanya atau lagunya saja sudah mual
rasanya perut ini hehehe…
Kematian, kecelakaan, cacat dan sakit.
Kata-kata yang semoga saja kita tidak pernah mengalaminya. Semua orang
mungkin membenci keadaan tersebut.
Sayangnya dengan bersikap
demikian berarti mereka menghindari sebuah bagian vital dari sebuah
perencanaan keuangan. Semua orang pasti meninggal bukan, dan 80% orang
meninggal pasti melewati masa-masa kritis. Kecelakaan yang menyebabkan
kecacatan dapat terjadi kapan saja, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Banyak kasus bermunculan dimana keluarga ditinggalkan menderita
bertahun-tahun akibat sang pencari nafkah meninggal.
Kenapa banyak sekali orang yang tidak percaya dengan Asuransi Jiwa?
Setiap orang ingin pergi ke surga, tapi tidak seorangpun yang ingin
mati, hanya sebuah peribahasa. Sebagai orang yang beragama tentunya kita
harus yakin dan ikhlas bahwa semua orang pasti meninggal, bukan?
Orang pasti akan percaya dengan asuransi jika dia percaya bahwa
keluarganya akan menerima sejumlah uang di saat-saat kritis.
Permasalahannya adalah untuk mendapatkan proteksi itu kita mesti
mengeluarkan sejumlah uang. Dan kita tidak mendapatkan apapun di saat
kita membayarkan premi. Beda dengan pakaian atau makanan yang dapat kita
pakai atau makan sesaat kita bayarkan uangnya di kasir.
Jadi
pada saat orang tidak ingin mengeluarkan sejumlah uang untuk proteksi
(yang belum tentu terasa akibatnya secara langsung), pada saat itulah
dia akan mengeluarkan alasan bahwa dia tidak percaya dengan asuransi.
Ironis sekali, karena dia akan mengorbankan kelangsungan kesejahteraan
keluarganya jika dia tenyata sudah tidak dapat menghasilkan karena sakit
kritis, kecelakaan atau bahkan meninggal.
Lalu kenapa pula kebanyakan orang menghindari agen asuransi jiwa?
Sebuah kenyataan bahwa asuransi jiwa adalah salah satu produk yang
sangat sulit dijual, karena di dalamnya membahas hal-hal yang tidak
diinginkan kejadiannya oleh konsumen. Karena kenyataan tersebutlah
banyak pemasar asuransi terkadang menggunakan cara yang terlalu
“memaksa” yang membuat jengkel pada konsumen. Dan naluri semua orang
adalah tidak suka ditekan.
Akibat dari persepsi negatif ini
adalah banyak keluarga yang ditinggal dalam keadaan finansial yang tidak
terproteksi. Adalah hal penting untuk memisahkan ketidaksukaan terhadap
PRODUK ASURANSI JIWA (dan kebutuhan mereka akan asuransi jiwa) atau
ketidaksukaan terhadap AGEN PEMASARAN-nya.
Kenapa banyak orang yang merasa tidak memerlukan asuransi jiwa?
Sekali lagi ini adalah senuah persepsi yang sangat tidak menguntungkan
tapi sudah berlaku umum, karena dipengaruhi oleh informasi baik dan
buruk ; benar dan salah. Kebanyakan orang sebenarnya merasa tidak
memerlukan asuransi dalam kondisi tidak mengerti konsep asuransi jiwa
sendiri.
Karena kebanyakan pemberitaan mengenai asuransi jiwa
adalah buruk, jadi ini yang membentuk opini publik dan kemudian tidak
menyenangi asuransi jiwa. Agen yang menjengkelkan, buang-buang uang,
mendoakan orang mati cepat, dan berbagai alasan lain yang dimunculkan
yang sebenarnya bermuara pada ketidakmengertian akan konsep asuransi.
Dan ini pulalah yang membentuk mindset bahwa mereka tidak perlu
asuransi.
Cobalah untuk bijaksana untuk mengesampingkan
berbagai persepsi negatif dan menilai terlebih dahulu secara netral
manfaat asuransi jiwa. Apakah memang Anda benar-benar tidak
membutuhkannya? Atau justru sangat membutuhkannya?
Kenapa banyak orang merasa tidak memiliki uang untuk asuransi jiwa?
Permasalahan uang disini sebenarnya bukan masalah memiliki atau tidak,
melainkan apakah asuransi jiwa ditempatkan pada prioritas “belanja” atau
tidak. Karena kompetisi dari produk atau investasi lainnya yang jelas
lebih nyata akan membuat orang merasa asuransi bukan menjadi prioritas
utama. Ini adalah prioritas utama yang “manfaat” belum akan Anda rasakan
sekarang. Ingat pepatah lama : “jangan mulai menggali sumur ketika Anda
sudah merasa haus, karena itu sudah menjadi sangat terlambat.”
Kenapa banyak orang ragu untuk mengasuransikan diri mereka?
Menunda memang karakter umum manusia. Dan kita tentu akan terus
berusaha berpikir bahwa kita akan sehat selamanya. Pemikiran semacam itu
yang akan mebawa orang untuk tetap mengulur-ulur waktu. Sampai pada
waktunya kejadian yang mereka takutkan itu datang, sakit kritis
misalnya, mereka baru akan bisa berpikir positif tentang asuransi.
Kenapa muncul persepsi umum bahwa bentuk investasi lain lebih menguntungkan dari asuransi jiwa?
Apabila Anda dapat menjamin kesejahteraan finansial keluarga Anda dan
menjamin bahwa Anda akan berumur panjang, mungkin produk asuransi akan
menjadi produk yang lebih tidak menarik dibanding produk investasi
lainnya. Fungsi utama asuransi adalah perlindungan finansial pada saat
dibutuhkan, yakni pada saat orang meninggal atau menjadi cacat karena
sakit kritis atau kecelakaan. Lagipula asuransi bukanlah produk
investasi, jadi jangan berpikir untuk mencari untung dari asuransi.
Kenapa orang-orang kaya merasa tidak memerlukan asuransi?
Orang kaya biasanya memiliki harta yang banyak dalam bentuk harta tak
bergerak, dan mereka justru sangat jarang “menebalkan” isi dompetnya
dengan uang. Ketika seluruh harta tertanam di barang tak bergerak, maka
kemungkinan uang tunai yang tersedia untuk membayarkan kebutuhan
mendadak atau rekening medis yang mahal akan sangat kecil.
Asuransi jiwa akan melindungi saat kritis sehingga mereka tidak perlu
melikuidasi aset mereka pada saat yang tidak tepat. Bayangkan jika Anda
harus menjual mobil Anda untuk melunasi biaya rumah sakit, selain repot,
mungkin Anda tidak akan mendapatkan harga jual yang terlalu baik karena
semua dilakukan dengan buru-buru dan BU (butuh uang…hehe)
Kenapa banyak orang merasa bahwa asuransi jiwa hanya bagi orang kaya saja?
Justru kemungkinan mereka yang tidak perlu lagi karena mereka sudah
punya “sesuatu” yang diwariskan buat keluarganya jika si kepala kelurga
meninggal. Lalu bagaimana si “menengah”, jika untuk menyisihkan 10% dari
penghasilan mereka saja sudah tidak sanggup, lalu bagaimana jika mereka
kehilangan 100% dari pemasukan keluarga mereka?
“dapatkah penghasilan Anda digunakan untuk membeli rumah baru apabila rumah Anda musnah ditelan api tanpa asuransi”

“dapatkah penghasilan Anda dipergunakan untuk menggantikan mobil apabila mobil Anda rusak tanpa asuransi”
“Dapatkah penghasilan Anda digantikan apabila Anda meninggal tanpa asuransi?”
0 komentar:
Posting Komentar