Definisi Salam
As-Salam dengan dua fat-hah sama dengan as-salaf baik secara wazan (timbangan ilmu sharaf) maupun secara makna.
Dan hakikatnya secara syara’ adalah menjual barang yang telah disebut
sifatnya di dalam tanggungan dengan bayaran kontan (di muka). [1]
Pensyari’atan Salam
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”
[Al-Baqarah: 282]
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata, “Aku bersaksi bahwa salaf
(salam/ pesanan) yang terjamin hingga waktu yang ditentukan telah
dihalalkan Allah dalam kitab-Nya dan telah diizinkan padanya, kemudian
ia membaca... (ayat diatas).” [2]
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma pula, “Bahwa Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam datang ke Madinah dan pada waktu itu para penduduk
Madinah melakukan akad salaf (salam) pada buah kurma dalam batas waktu
dua tahun dan tiga tahun. Lalu beliau bersabda:
مَنْ أَسْلَفَ فَلْيُسْلِفْ فِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ.
“Barangsiapa memesan suatu barang, maka dia harus memesannya dalam
takaran dan timbangan yang diketahui hingga batas waktu yang diketahui.”
[3]
Melakukan Akad Salam Kepada Orang Yang Tidak Memiliki Barangnya
Dalam akad salam tidak disyaratkan agar orang yang dipesan (al-musallam ilaih) memiliki barang yang dipesan (al-musallam fih).
Diriwayatkan dari Muhammad bin Abi al-Mujalid, ia berkata, “'Abdullah
bin Syadad dan Abu Burdah mengutusku kepada ‘Abdullah bin Abi Aufa
Radhiyallahu 'anhu, lantas keduanya berkata, ‘Tanyakan kepadanya (yaitu
‘Abdullah bin Abi Aufa), apakah para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di zaman beliau melakukan akad salam pada hinthah (gandum)?’
‘Abdullah menjawab, ‘Kami dahulu melakukan akad salam dengan petani dari
penduduk Syam pada gandum, sya’ir dan minyak (zait) dalam takaran yang
jelas hingga batas waktu yang jelas pula.’ Aku bertanya, ‘Apakah kepada
orang yang ia memiliki barangnya?’ Ia menjawab, ‘Kami tidak menanyakan
hal itu kepada mereka.’ Kemudian keduanya mengutusku kepada ‘Abdurrahman
bin Abza, lalu aku bertanya kepadanya dan ia menjawab:
كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسْلِفُوْنَ
عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ
نَسْأَلْهُمْ، أَلَهُمْ حَرْثٌ أَمْ لاَ.
“Dahulu para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan salam
di zaman beliau dan kami tidak bertanya kepada mereka apakah mereka
memiliki tanamannya atau tidak.” [4]
Home »
» FIQH JUAL BELI ...BAB PESANAN(SALAM)
FIQH JUAL BELI ...BAB PESANAN(SALAM)
Written By phyton.id on Sabtu, 29 Juni 2013 | 09.49
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
0 komentar:
Posting Komentar