MUNGKINKAH MEMBELA NABI TAPI TIDAK MENAATI BELIAU?
MENGAKU PENGIKUT NABI,TAPI CUEX TERHADAP RISALAH BELIAU?
PIYE IKI?
Kemarahan yang meledak dari umat Islam di bumi belahan timur dan barat
kepada orang-orang yang melecehkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
menyisakan pertanyaan, “Sejauh manakah kita taat kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Umat Islam telah berpecah-belah menjadi
sekian kelompok dan golongan. Setiap golongan merasa mantap dengan apa
yang diyakininya. Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah
memperingatkan bahaya perpecahan. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Mâjah,
dari Auf bin Mâlik bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى
ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ
وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ
الْجَمَاعَةُ
Demi Dzat yang aku berada di tangan-Nya. Umatku akan benar-benar
terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Satu golongan di surga
dan tujuh puluh dua golongan di neraka.” Sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, siapa mereka (yang berada di surga)?" Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “al-jamâ'ah.”[1]
Persatuan umat yang terbentuk di hadapan musuh ketika membela kehormatan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mestinya dijadikan momen untuk
mengajak kaum Muslimin seluruh dunia agar meninggalkan perpecahan dan
silang-pendapat untuk selanjutnya bersatu di bawah naungan Kitâbullâh
dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdengan pemahaman Salaful
Ummah, serta ber’gabung’ bersama para Ulama pemegang panji tauhid dan
pembela kehormatan dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketaatan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan konsekuensi
dan tuntutan dari syahadat (persaksian) kita bahwa Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah utusan Allâh Azza wa Jalla. Sebab persaksian
bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar utusan Allâh
maknanya adalah mentaati perintahnya, membenarkan berita yang beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan, menjauhi larangan dan
peringatannya Shallallahu 'alaihi wa sallam, serta tidak beribadah
kepada Allâh kecuali dengan syariatnya.
Demikianlah bentuk pengagungan yang sempurna kepada beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam serta penghormatan yang tertinggi. Pengagungan model
apakah yang bisa diberikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamoleh
orang yang meragukan atau enggan taat kepada beliau atau mengadakan
bid'ah dalam agama beliau dan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla
dengan cara yang tidak sesuai dengan cara beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ?! Karena itu, begitu keras pengingkaran Allâh kepada orang-orang
yang melakukan ibadah dengan cara-cara yang tidak pernah disyariatkan.
Allâh berfirman:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allâh yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allâh ?
[as-Syûra/42:21]
Nabi bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah dari
kami, maka amalan itu tertolak [HR. Bukhari, no. 2550 dan Muslim, no.
4590]
Bukti pembelaan yang serius terhadap (kehormatan) Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah dengan mengagungkan syari'ah (risalah) yang
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa dalam al-Qur`ân dan Sunnah
(Hadîts) dengan pemahaman Salaful ummah. Yaitu dengan cara mengikuti dan
berpegung teguh dengannya secara lahir dan batin, selanjutnya dengan
menjadikan syari'ah ini sebagai hakim (penengah) dalam segenap sisi
kehidupan dan urusan-urusan yang khusus maupun umum. Sungguh mustahil,
keimanan akan sempurna tanpa itu. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ
يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا أُولَٰئِكَ
بِالْمُؤْمِنِينَ
Dan mereka berkata, "Kami telah beriman kepada Allâh dan rasul, dan kami
mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah
itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
[an-Nûr/24:47]
Sikap ini jelas merupakan bentuk pembelaan yang hakiki dan penghormatan
yang sejati. Pasalnya, standar penilaian dalam segala urusan adalah
kenyataan yang dibuktikan, bukan sekedar penampilan lahiriah atau
simbol-simbol kosong atau pernyataan hampa. Karenanya, Allâh
mengedepankan adab ini dari adab-adab lain yang mesti dilakukan bersama
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allâh Azza wa Jalla melarang
mendahului keputusan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
keputusan yang tidak sejalan dengan keputusan beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sabda beliau. Akan
tetapi, mestinya mereka mengikuti segala perintah beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam , tunduk kepada beliau dan menjauhi larangan beliau.
Allâh berfirman di permulaan surat al-Hujurât :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allâh dan
Rasûlnya dan bertaqwalah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui. [al-Hujurât/49:1]
Termasuk sikap تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ (lancang mendahului Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) yaitu sikap lebih memperioritaskan
pemakaian undang-undang dan peraturan produk manusia daripada syari'at
yang dibawa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau lebih
mengutamakan hukum lain daripada hukum (ketetapan hukum) beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menyamakan hukum produk manusia
tersebut dengan ketetapan hukum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamatau
berkomitmen untuk tetap berpegang teguh dengan ketentuan yang
jelas-jelas bertentangan dengan petunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Allâh berfirman :
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
Kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
[an-Nisâ/4:65]
Orang yang paling berkomitmen dengan sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan paling besar kansnya untuk menenggak air dari telaga
Rasulullah adalah ahlus Sunnah wal Jamâ'ah. Karena mereka menghidupkan
sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta mengikuti syari'at
dan petunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Sebagian orang ada yang menampakkan bahwa dirinya sedang melakukan
pembelaan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun ironisnya,
ia justru tidak menaati perintahnya atau tidak menjauhi larangan dan
tidak menghiraukan peringatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan, terkadang kita temukan, sebagian dari mereka bermalasan dalam
menjalankan shalat fardhu, mencukur jenggot, isbâl (memanjangkan celana
sampai menutupi mata kaki) dan berbuat berbagai macam maksiat dan
kemungkaran.
Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Pengagungan
kepada para utusan Allâh diwujudkan dengan cara membenarkan berita yang
mereka kabarkan dari Allâh, menaati perintah mereka, mengikuti,
mencintai dan berwala kepada mereka, bukan (sebaliknya,) malah
mendustakan risalah yang mereka emban, menomorduakan mereka atau berbuat
melampaui batas dalam mengagungkan mereka. Justru ini adalah bentuk
kekufuran terhadap mereka, pelecehan dan permusuhan terhadap mereka."
Jadi, Ittiba' (mengikuti) rasul adalah barometer untuk mengukur sejauh
mana kejujuran orang yang mengaku-aku mengagungkan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sebab, tidak masuk di akal atau tidak dapat
dibayangkan, ada orang mengklaim mengagungkan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan menghormati beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tapi
(pada saat yang sama, dia) tidak berpegang teguh dengan perintah atau
larangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tidak memberikan
perhatian dan memperhitungkan apa yang dibawa beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Allâh telah menjadikan ittibâ (mengikuti) Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi
wa sallam sebagai pertanda kecintaan kepada-Nya. Allâh Azza wa Jalla
berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imrân/3:31]
Bahkan lebih dari itu, Allâh Azza wa Jalla menjadikannya sebagai syarat
keimanaan dimana pengagungan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallammeupakan bagian dari keimanan itu. Allâh berfirman :
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
Kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.[an-Nisâ/4:65]
Ittibâ juga merupakan sifat kaum Mukminin, sebagaiman tertuang dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ
وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada
Allâh dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh". dan mereka Itulah
orang-orang yang beruntung. [an-Nûr/24:51]
Juga dalam firman-Nya :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang Mukmin, apabila Allâh dan rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. [al-Ahzâb/33:36]
Kesimpulannya, tidak ada orang yang mengagungkan beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam kecuali hanya orang-orang yang berpegang teguh dengan
petunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berjalan di atasnya
serta mengikuti petunjuk beliau.[2]
Para Sahabat telah memperlihatkan praktek nyata yang sangat istimewa dan
tindakan yang sangat jujur dalam membela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallamdengan mengorbankan jiwa, harta dan anak untuk menebus beliau
dalam kondisi senang atau tidak, seperti yang disebutkan oleh Allâh
dalam firman-Nya :
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ
وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا
وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan
dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan
keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah
orang-orang yang benar. [al-Hasyr/59:8]
Barangsiapa ingin mencintai dan membela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka hendaknya ia mengagungkan perkataan dan sunnah beliau
melebihi pengagungannya terhadap perkataan selain beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Manakala pengagungan kepada Nabi telah meresap di
hati, terpahat di dalamnya dalam kondisi apapun, maka pasti pengaruh
positifnya akan tampak nyata pada anggota badannya.
Saat itulah, akan terlihat lisannya terus memuji dan menyanjung beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menyebut-nyebut sisi kebaikan beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sementara organ tubuh lainnya juga
terlihat mengikuti syari'at yang dibawa beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam serta menjalankan apa yang menjadi hak Rasûlullâh Shallallahu
'alaihi wa sallam yang berwujud pengagungan dan penghormatan. Dan bukti
pengagungan yang benar tulus ialah mengagungkan petunjuk yang beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa berupa syari'at yang terkandung dalam
al-Qur`ân dan Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, yaitu dengan
mengikuti dan berpegang-teguh dengannya secara lahir dan batin serta
menetapkannya sebagai hakim dalam seluruh aspek kehidupan dan segala
urusan. Tidak mungkin keimanan akan sempurna tanpa itu. Wallahu a'lam.
Home »
» MEMBELA NABI..............BENARKAH?
MEMBELA NABI..............BENARKAH?
Written By phyton.id on Minggu, 30 Juni 2013 | 10.54
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
0 komentar:
Posting Komentar